watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Kebetulan Membawa Nikmat

Saya adalah seorang laki-laki kira-kira berumur
33 tahun, tinggi sekitar 172 cm dengan wajah
lumayan (kata teman-teman). Saya sudah
bekerja dan sekarang sedang menjalani tugas
keluar kota yaitu Semarang. Kisah saya ini baru
terjadi sebulan yang lalu. Pada saat itu saya
sedang melakukan perjalanan dari Semarang ke
Jakarta naik kereta api Argo Bromo. Dari
Semarang kira-kira jam 12.00 siang. Kebetulan
saya duduk berdampingan dengan seorang
wanita kira-kira berumur 35 tahunan. Wajahnya
tidak begitu cantik, tetapi potongan tubuhnya
begitu seksi dengan pakaian kaos atas berlengan
panjang dengan belahan leher yang agak ke
bawah dan celana sedikit longgar.
Dadanya begitu menonjol dengan
memperlihatkan garis belahan dada yang putih
bersih. Saya memperkirakan ukuran susunya
36B. Setelah menaruh tas yang tidak begitu
besar, dia duduk di sebelahku dan menyapa,
“Selamat siang Dik.”
“Selamat siang juga Bu…” jawabku.
“Adik mau ke mana?” tanyanya.
“Mau ke Jakarta Bu, kalau Ibu?” tanyaku balik.
“Kalo gitu kita sama”, jawabnya.
Begitulah perjalanan sampai akhirnya kereta api
sudah hampir sampai di Stasiun Jatinegara, dia
menyapaku kembali,
“Turun di mana Dik?”
“Jatinegara, Bu?” kataku sambil bertanya lagi.
“Saya juga turun di Jatinegara.” “Kalo gitu kita
bisa sama-sama turun”, katanya.
Pada waktu dia mengambil tasnya dari atas
tempat duduk, sementara saya masih duduk,
terlihatlah tonjolan buah dadanya yang kelihatan
tambah besar karena tertarik tangannya ke atas.
Saya sudah membayangkan betapa nikmatnya
orang yang dapat meremasnya.
“Adik naik apa?” tanyanya kembali.
“Mungkin naik taksi Bu”, jawabku.
“Saya juga naik taksi”, katanya.
“Tapi saya agak takut sebetulnya kalo sendirian,
karena kata orang di Jakarta kalo naik taksi
sendirian berbahaya”, katanya lagi.
Pucuk dicinta ulam tiba. Tawaranya saya sambut
dengan buru-buru.
“Kalau tidak keberatan boleh saya antar.” Dan
kebetulan arah kami agak searah sehingga tidak
ada alasan dia menolaknya. Singkat kata, kami
sudah berada dalam satu taksi. Tiba-tiba
tangannya dijatuhkan ke pahaku seperti sengaja
dan tidak sengaja, saya agak kaget. Dia
kelihatannya tahu dan minta maaf.
“Maaf ya Dik… nggak sadar.”
“Oh, nggak apa kok Bu”,
“Jangan panggil Bu, Mbak gitu lho”, katanya.
Sampai di rumahnya, saya dipersilakan masuk.
Saya turuti kemauannya. Dia kemudian masuk
dan keluar sudah dengan pakaian yang lain.
Atasannya adalah kaos ketat dengan model you
can see, sehingga buah dadanya kelihatan makin
aduhai, apalagi dilihat dari samping, kelihatan
daging menonjol putih meskipun tidak terlalu
banyak. Sedang bawahannya rok span di atas
lutut, sehingga kakinya yang kuning langsat
mengundang birahi siapa yang melihatnya.
Terus terang saya bengong sampai dia
menyapa,
“Ayo Dik diminum, kok bengong aja.”
“Suami Mbak ke mana?” tanyaku untuk
mengalihkan kebengonganku.
“Oh.. dia masih nganterin anak ke kursus Bahasa
Inggris, nanti pulangnya kira-kira jam 21.00
(pada saat itu masih jam 18.15). Sambil
berbicara, dia merebahkan pantatnya didekat
tempat duduk saya, sehingga tonjolan buah
dadanya tersentuh oleh siku saya. “Aduh mak”,
batin saya.
Kemudian saya pura-pura mengambil korek api
yang ada di dekat dia duduk, sehingga tangan
saya melintang ke depan dia dan tersentuh
kembali buah yang besar itu, dia diam saja. Tiba-
tiba tanpa kusadari, tangan kananku sudah
melingkarkan ke lehernya dan dia diam saja.
Akhirnya dengan kenekatan luar biasa, kucoba
mencium bibirnya dan membalasnya. Di luar
dugaan, dia langsung pagut bibir saya dan
lidahnya menari-nari di dalam mulut saya “Aah..
aaah.. aah..” Saya langsung singkap kaos tanpa
lengannya, dan kutarik ke atas BH- nya, maka
keluarlah dua buah dada yang besar dan putih
dengan putingnya berwarna merah kehitam-
hitaman. Ukuran putingnya kecil untuk ukuran
wanita seusianya. Kuelus-elus buah dadanya dan
kupilin putingnya. “Aah.. ah… aduh… heh…
heh…” Tangan kanannya tidak kalah galaknya,
mulai menyusup ke celana dalam saya dan
langsung menggenggam penis saya yang masih
di dalam. Tangan kirinya membuka retsluiting
celana saya dan kemudian kedua tangannya
memelorotkan celana panjang dan CD saya
sampai penis saya keluar dengan tegaknya.
“Aauuu…” aku merintih nikmat.
Kemudian tangan kanan saya mengusap perut
dan akhirnya ke lubang kemaluannya. Aduh mak
sudah basah. “Dik, terus dik jangan dilepas Dik…
aaahhk… ahhh”, dia mengerang kenikmatan
ketika tanganku mulai mempermainkan
klitorisnya. “Uugh… ugh…. ahhhh… aduh… aku
sudah nggak tahan Dik… masukkan sekarang
ya…” katanya. “Baik Mbak”, jawabku.
Kemudian aku menindihnya sementara dia
berbaring di kursi panjang dengan sebelah
kakinya terjuntai ke lantai, sehingga lubang
kemaluannya yang kelihatan sudah basah
dengan klitorisnya yang memerah kelihatan
sekali. Aku mulai memasukkan penisku ke dalam
liang kemaluannya dan “Aagh… agh… agh…
terus Dik sampai dalam, agh… agh..” Aku terus
memompa dan memompanya dan… “Aduh Dik
aku sudah nggak tahan… aku mau ke…”
erangya. “Tahan dulu Mbak…” Kemudian
kemaluanku kucabut dari lubang kemaluannya
dan mulutku kudekatkan ke lubang
kemaluannya, dan kusedot klitorisnya sampai dia
menggelinjang-gelinjang nggak karuan dan tidak
berapa lama, “Aaahh… heh… heh…” napasnya
tersengol-sengol. Kemudian penisku
kumasukkan ke liang kemaluannya dan
kupompa-pompa dan ganti aku yang mencapai
klimaksnya dan, “Aaaghhh… ahhh aduh… Mbak
nikmat sekali Mbak”, kataku. “Aku juga Dik.”
Kemudian kami saling membereskan diri
masing-masing.
Kemudian hari-hari selanjutnya kami isi dengan
pertemuan-pertemuan rutin hampir tiap hari dan
kebanyakan pertemuan di hotel-hotel atau di
motel-motel yang lebih bebas. Kini bukan lagi
rasa hanya sekedar iseng tetapi aku sudah kena
hatiku yang paling dalam yaitu cinta, meskipun
aku sudah beristeri. Aku tidak tahan kalau tidak
bertemu sehari saja. Alasan selalu dapat aku cari
saat-saat jam kantor, sehingga tidak membuat
curiga isteriku. Sehingga pada suatu saat, kami
bertemu dan sewa kamar hotel.
“Dik Rully…” katanya lembut.
“Ya, Mbak…” kataku.
“Aku sebetulnya ma.. mau mengatakan
sesuatu.”
“silakan Mbak.. masalah apa?” tanyaku.
“Masalah kita berdua.”
“Aku sebetulnya mulai merasakan cinta kepada
Dik Rully, rasanya aku sudah bukan iseng lagi”,
katanya agak tidak bersuara.
“Aku juga begitu Mbak…” jawabku sambil
tanganku merangkul lehernya saat kami
bersandar di tempat tidur hotel.
“Tapi”, katanya.
“Tapi apa Mbak? tanyaku nggak sabaran.
“Aku harus meninggalkan kota Jakarta untuk ikut
suami di Surabaya.
Dia di Jakarta hanya bersama anaknya yang
masih SD, sedangkan suaminya bekerja di
Surabaya.
Kami terdiam untuk beberapa saat. Tiba-tiba aku
dipeluknya dengan erat sambil berkata, “Dik, ini
pertemuan terakhir kita, tolong puaskan Mbak
ya…” pintanya sambil menciumku. “Ya… Mbak..”
aku juga membalas ciumannya dan kami saling
berpagut. Lidah kami saling beradu. Tanganku
mulai menelusuri T-shirtnya yang ketat tanpa
BH, (sudah disiapkan dari rumah), dan
menariknya ke atas, sehingga susunya yang
besar mencuat keluar. Tanpa menunggu lagi
tanganku sudah meremas kedua buah besar
tadi. Kupilin-pilin putingnya, “Aahk… ahk… Dik…
enak Dik.” Kemudian kepalaku kutundukkan dan
bibirku mencium dan menyedot puting dengan
perlahan dan lemah lembut sambil tangan
kananku mulai meraba perut, turun ke bawah
dan menyentuh celana dalamnya yang sudah
basah, “uhk… uhk… ahk… Diikk… terus Dik enak
ehm… ehm ahk…” dia melenguh nggak karuan.
Kemudian dia mulai bereaksi, tangannya dengan
nggak sabar membuka ritsluiting celanaku dan
mengeluarkan penisku yang sudah tegang dan
pucuknya sedikit basah.
Ditariknya penisku dan dimasukkan ke dalam
mulutnya yang sebelumnya belum pernah dia
lakukan. “Augh…” Aku mendesah kenikmatan.
“Mbak… kotor Mbak…” kataku. “Nggak apa Dik
untuk perpisahan kita.” Dia tidak perduli dan
mengulumnya dan mengocok penisku dengan
mulutnya. Aduh rasanya seperti di awang-
awang. Aku juga tidak sabar lagi dan kuturunkan
kepalaku sampai mencapai liang kemaluannya
dan kucium, kujilat, kemudian kukulum
klitorisnya sampai dia mengerang kenikmatan,
“Aahk… ahk… ahk… Dik… ahk… aku nggak tahan
Dik…” Aku juga nggak perduli terus kuhisap itu
klitorisnya, “Ahk… ahk… terus seperti itu. “Dik…
masukkan ya… aku sudah nggak tahan…
aughk…” saat kusedot klitorisnya, dan
“Aaaahhh… Dik aku mau keluar Dik… tahan
Mbak…” sambil aku membalikkan badanku
sehingga aku menindihnya dan kucium bibirnya
kembali sambil batang kemaluanku mencari-cari
lubang kemaluannya dan sleeep, penisku masuk
ke lubang kemaluannya dan “Aahk… ahk…”
bibirku menyedot puting susunya yang kecil
agak kehitam-hitaman, “Auh… auh… auh…”
Nggak berapa lama, “Aaahhh… aku keeeluuarrr
ahhhhaahhh…” bersamaan dengan itupun aku
juga memuncratkan air maniku ke rahimnya dan
“Aaagh… aahhh… Mbak, Mbak… aku juga keluar.”
Kemudian tubuh kami menggeletak dengan
lemas. “Dik… terima kasih ya”, katanya. “Aku
juga terima kasih Mbak.
2 hari kemudian aku bertemu lagi dengannya
dan mengulangi pergumulan hebat seperti
kemaren lagi…


Adult | GO HOME | Exit
1/1121
U-ON

inc Powered by Xtgem.com